Sabtu, November 13, 2021

Monitoring of Cash Transfer for the Poor Students Cards Distribution

  Budiarto Eko Kusumo       Sabtu, November 13, 2021
Program Bantuan Siswa Miskin (BSM) atau Cash Transfer for the Poor Students adalah salah satu Program Perlindungan Sosial Nasional yang mencakup seluruh provinsi di Indonesia dan seluruh jenjang pendidikan (SD/MI. SMP/MTs, SMA/SMK/MA, dan Perguruan Tinggi). Program ini bertujuan untuk menghilangkan hambatan siswa miskin berpartisipasi dalam pendidikan dengan membantu dan menarik siswa miskin agar memperoleh akses pelayanan pendidikan yang layak, mencegah anak putus sekolah, membantu siswa miskin memenuhi kebutuhan dalam kegiatan pembelajaran, serta mendukung pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan tahun.
Pada saat krisis keuangan Asia yang terjadi diakhir 1990-an, Pemerintah Indonesia memperkenalkan inisiatif Hibah untuk Sekolah yang mencakup pembiayaan kegiatan pendidikan melalui pemberian bantuan uang tunai (kepada anak-anak yang bersekolah) dengan tujuan untuk menutupi biaya sekolah dan biaya pendidikan lainnya terutama bagi rumah tangga yang terpengaruh oleh dampak krisis tersebut. Pada awal tahun 2000-an, suatu skema beasiswa untuk anak-anak dari rumah tangga miskin kemudian juga menjadi bagian dari paket reorientasi pengeluaran negara yang awalnya lebih banyak berfokus pada subsidi BBM.

Monitoring BSM di Kabupaten Gunung Kidul (Foto: 06/10/2012)

Di tahun 2003, UU Pendidikan No. 20 secara eksplisit mewajibkan pemerintah untuk memberikan beasiswa yang dapat menjamin kesempatan yang sama bagi semua anak (serta bagi semua warga negara) dalam memperoleh Pendidikan Dasar. Sebuah program baru bantuan sekolah di tahun 2005 – Bantuan Operasional Sekolah (BOS) – diperkenalkan sebagai bentuk dukungan pendidikan secara langsung kepada rumah tangga agar dapat terus mengirimkan anak mereka bersekolah tanpa harus membayar biaya sekolah sepeti biaya SPP. Kemudian pada tahun 2008, Program Bantuan Siswa Miskin (BSM) juga diperkenalkan dengan tujuan agar dapat membantu siswa miskin dalam mengatasi permasalahan tingginya biaya pendidikan lainnya. Sebelumnya program ini dikenal dengan Program Beasiswa.
Melalui Program BSM diharapkan anak usia sekolah dari rumah tangga/keluarga miskin dapat terus bersekolah, tidak putus sekolah, dan di masa mendatang dapat memutus rantai kemisikinan yang saat ini dialami orangtuanya. Program BSM juga mendukung komitmen Pemerintah Indonesia dalam meningkatkan angka partisipasi sekolah di kabupaten/kota miskin dan terpencil serta masyarakat kelompok marjinal.

Monitoring BSM di Kabupaten Gunung Kidul (Foto: 06/10/2021)

Melalui pengumuman kenaikan harga BBM, pemerintah menerapkan suatu kebijakan baru yakni program kompensasi untuk membantu keluarga berpenghasilan rendah demi mempertahankan kesejahteraannya.
Kebijakan Program BSM yang baru didasarkan pada hasil kajian dan pemantauan pada tahun 2012 oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) dan World Bank. Tujuannnya adalah pengembangan suatu sistem beasiswa yang efektif dan efisiensi yang menguntungkan rakyat miskin, penentuan ukuran yang tepat bagi beasiswa pada setiap jenjang pendidikan, memperbaiki sistem penyaluran dan pemantauan dana, pengembangan kelembagaan serta definisi yang lebih jelas terhadap peran dan tanggung jawa pemerintah daerah, sekolah, dan masyarakat dalam menyalurkan, memantau, dan mengevaluasi pelaksanaan Program BSM.
Suatu Kajian Cepat (Rapid Assessment) dilakukan untuk mengumpulkan dan menganalisis data kuantitatif dan kualitatif tersebut. Hasil analisis akan menghasilkan pilihan kebijakan untuk memperbaiki Program BSM. Tujuan dari kajian cepat ini adalah untuk memberikan kontribusi secara lebih efektif bagi pelaksanaan kebijakan pendidikan yang berpihak kepada rakyat miskin.

Monitoring BSM di Kabupaten Gunung Kidul (Foto: 06/10/2021)

Keikutsertaan saya dalam rapid assessment ini bermula dari ajakan seorang teman yang pernah sama-sama berkarya di SurveyMETER yang kemudian ia hijrah ke TNP2K, Real Rahadinal. Dalam Pemantauan Distribusi Kartu BSM (Monitoring of Cash Transfer for the Poor Students Cards Distribution) yang merupakan kerja sama TNP2K dan World Bank ini, saya mendapat tugas sebagai Field Supervisor selama tiga hari (3 – 6 Oktober 2012) di Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Saat implementasi, saya pun turut berada di lapangan dan saya memilih lokasi yang terjauh dari basecamp yang berada di Kota Jogja. Dua hari pertama, saya sendirian melakukan kunjungan pemantauan dan wawancara ke rumah penerima BSM di Kabupaten Gunung Kidul. Berangkat pagi, pulang malam dalam setiap harinya.
Pada hari ketiga atau terakhir di lapangan, Sabtu (06/10/2012), saya ditemani seharian oleh Tim TNP2K Patrisia Helena Saraswati. Tim TNP2K, saya ajak berkeliling ke lingkungan geografis perbukitan yang mengandung kapur (karst). Saya boncengin seharian dengan sepeda motor keluar masuk ke perdukuhan yang jalannya masih onderlagh.
Tiga hari menyusuri geografi perbukitan karst di Gunung Kidul memberikan kesan tersendiri dalam bertugas di sana. Selain bisa melihat sebuah daerah yang minim air, saya tanpa sengaja bisa mengunjungi spot heritage di sana, yaitu Candi Risan. Kebetulan ada rumah tangga penerima BSM yang rumahnya harus melalui candi tersebut. ***


logoblog

Thanks for reading Monitoring of Cash Transfer for the Poor Students Cards Distribution

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog